6.10.2012

Sekian Paragraf bersama Evan, founder Papercaptain.com

Evan Raditya Pratomo, seorang ilustrator muda dengan passion mendalam di bidang children illustration. Sebagai mahasiswa berumur 21 tahun, keputusannya membuat studionya sendiri bernama Papercaptain merupakan langkah yang visioner. Ia telah mendefinisikan dirinya untuk fokus di bidang itu sejak tahun lalu. Dan dalam kesempatan ini, saya sudah melakukan interview kepada anak kos yang selain pemenang 3 ilustrasi Nirmana Award, juga pernah mendapatkan netbook sebagai hadiah pemenang lomba ilustrasi dari Sour Sally di Surabaya. Oh iya, beberapa karya Evan juga sudah diterbitkan oleh beberapa penerbit seperti Penerbit Elex Media Komputindo.








Langsung saja masuk ke interview deh!

Halo Evan... saya panggilnya apa nih?

Evan saja hehe


Okey, bisa perkenalkan diri ke pembaca ilustresia? seperti biasalah... perkenalan, latar belakang kesibukan, etc...
Baiklah..halo nama saya Evan Raditya Pratomo. atau panggil saya Evan untuk lebih singkatnya. Saya adalah seorang mahasiswa semester 6 jurusan Visual Communication Design di Universitas Ciputra.. Surabaya. Belakangan ini jadwal saya dipadati dengan job freelance untuk ilustrasi buku cerita anak.


Baiklah Evan, saya sudah lihat beberapa karyamu dan sebagian besar ada di website Papercaptain.com, bisa dijelaskan nggak lebih dekat mengenai Papercaptain? 
papercaptain ini adalah studio ilustrasi yang khusus menangangi ilustrasi dengan tema dan gaya anak-anak. Papercaptain ini saya dirikan pada 5 Juni 2011. Akan tetapi Papercaptain bukanlah sebuah nama studio biasa.. Papercaptain juga adalah nama maskot dari studio saya sendiri. Dia adalah seorang anak kecil yang mengenakan setelan jas warna biru ala kondektur kereta api dan pekerjaannya adalah seorang tukang pos. Dia hidup di sebuah dunia yang saya imajinasikan.. yaitu Tanah Dongeng atau Storyland.






woow menarik sekali, di papercaptain sendiri sekarang sudah ada berapa orang?
di papercaptain hanya ada satu orang, yaitu saya sendiri. Sempat saya mengajak salah seorang teman namun ternyata meskipun sama-sama penyuka ilustrasi anak-anak, arahnya lain, jadi saya tetap sendiri hingga saat ini.


Baiklah. ada dua pertanyaan. Pertama, kenapa harus buku anak dan kedua, kenapa namanya Papercaptain dan dengan penampilan yg seperti kondektur kereta api namun sebenarnya tukang pos? ada alasan khusus?
Untuk yang pertama.. kenapa harus buku anak karena sebuah tugas yang saya terima di semester dua pada mata kuliah computer graphic. Pada waktu itu kami sedang belajar tentang digital coloring dan pada saat itu itu benar-benar pertama kalinya saya belajar mengenai hal ini. Tugas yang diberikan dosen saya adalah membuat buku cerita anak. Pada saat itu saya merasa "wow..apa itu?" 

Otak saya bagai jam antik. Semua gearnya saling berputar dan saya tidak tahu harus seperti apa. Pada akhirnya.. saya menemukan apa yang harus saya buat. Usut punya usut dan ternyata saya mendapat respon positif dari teman dan dosen saya. Semenjak saat itu saya mulai mengembangkan dan mempelajari seluk beluk ilustrasi anak-anak.

Mengenai nama papercaptain.. saya terinspirasi dari sebuah lagu dari Sky Sailing yang berjudul Captains of the Sky. Pada awal saya mendengarkan lagu-lagu Sky Sailing saya tidak menyadari kalau ada lagu tersebut. Apa yang bisa saya tangkap dari lagu tersebut adalah seorang yang sangat bahagia bermain di angkasa dan awan. Saya menderngarkan lagu ini berulang-ulang sambil memandang keluar jendela kamar saya dan melihat langit biru yang dihiasi awan kapas. 
Tiba-tiba saja.. sosok seorang elf yang terbang menaiki pesawat kertas melintas di benak saya dan saya dapat memabayangkan anak tersebut bermain-main di awan kemudian mengantarkan surat-surat. Saya membuat sketsa pertama Papercaptain dan dia berwujud orang dewasa.. bukan anak-anak. Kemudian saya hubungkan dengan passion saya dan saya menyulap dia menjadi anak kecil plus menghilangkan telinga runcing yang menjadi ciri khas elf.



Kalau kenapa tukang pos hmmm...saya juga kurang tahu karena saya spontan menggambar surat-surat disamping pesawat kertas pada sketsa awal saya. Jadi saya memutuskan kalau dia adalah tukang pos haha. Dan untuk baju ala kondektur kereta api.. saya memang sengaja karena saya menyukai gaya busana kondektur kereta api yang berciri khas topi panjangnya pada zaman Eropa pertengahan. Berkesan klasik dan "dongeng" menurut saya.




Harapan - Karya Evan Sebagai Juara 3 Kategori Ilustrasi Nirmana Award

wah, selain analogi jam antik yang hypnotizing itu, inspirasinya juga sangat bebas dan imajinatif ya... ini berkaitan dengan pertanyaan saya berikutnya... tapi sebelumnya, saya mau tanya dulu, sudah berapa lama menjadi ilustrator profesional dan sebenarnya dimulainya gimana sih?
Saya menjadi ilustrator pada akhir 2010. Pada awalnya saya hanya seseorang yang menyukai gambar-menggambar dan menguploadnya di deviantArt. Pada saat ini saya sudah menyukai ilustrasi anak-anak dan kebetulan ada seorang ilusstrator yang tertarik pada ilustrasi saya dan menawarkan kerja sama. Saya diminta membuat satu sample gambar. Karena ini yang pertama dan diluar ekspektasi saya maka saya mengerjakannya dengan sungguh-sungguh! Hasilnya? Ditolak hahahaha.

Pada saat itu gaya pewarnaan saya sangat pastel dan menurut beliau saya kurang berani dalam bermain warna. Padahal di Indonesia ini ilustrasi yang disukai oleh pasar adalah ilustrasi dengan warna-warna yang kuat. Dari sini saya berpikir ya sudahlah dan saya kembali ke keseharian saya yang selalu menggambar digital dan mencoba mencari style saya yang "sesungguhnya"

Suatu ketika -dari deviantArt pula saya mendapat tawaran ilustrasi lagi. Kali ini saya sudah memiliki style yang baru dan bukan menggunakan warna-warna pastel lagi. Saya baca briefnya dan saya buat dan puji Tuhan ample saya terpilih dari beberapa sample yang dibuat ilustrator lain. Disinilah akar segalanya.



lagi-lagi, saya terpaksa bilang wooow, sungguh proses yang cukup panjang dan tidak gampang! berarti, bisa dibilang kamu pun telah melewati proses jatuh-bangun dan "jungkir-balik" ya?
Bisa dibilang begitu. kalau jungkir baliknya saya lihat dari posisi saya sebagai anak kos. Dimana setiap harinya saya harus memikirkan mau makan apa kemudian belum membersihkan kamar atau mengerjakan tugas-tugas kampus dan susah mencari waktu senggang untuk diri saya sendiri. Saya bukanlah seorang yang sangat menggilai game.. namun saya suka menghabiskan waktu luang saya dengan bermain game bila sedang senggang dan itu selalu saya dapatkan ketika saya masih belum menjadi ilustrator. Saat ini waktu luang saya selalu saya gunakan untuk (Selain membuka jejaring sosial tentunya) mengerjakan freelance saya.. mencari refrensi ataupun mengeksplor gaya gambar.


ohh jadi kamu juga kos?
iya haha.
Sejak saya lahir hingga SMA saya berada di Kota Malang. Sebuah kota yang dingin dan nyaman. Pada saat memutuskan untuk memasuki bangku perkuliahan.. orang tua saya berkata bahwa saya harus kuliah diluar kota.. karena saya anak lelaki dan saya harus mandiri. Jadi saya kuliah di Surabaya. 

Meskipun ada famili yang berada di Surabaya.. orang tua tetap tidak ingin saya mengekor pada keluarga karena seperti alasan tadi.. jadi saya kos di Surabaya.....begitu ceritanya hehe



wahwah... jadi begitu... kalau sedikit off the record, memangnya dulu sob Evan pernah terpikir untuk kuliah dimana?
Di Universitas Kristen Petra dan Universitas Multimedia Nusantara


boleh tau alasannya?
Untuk Universitas Multimedia Nusantara atau UMN saya memilih ini karena mengikut teman. Yah pada masa-masa SMA dulu kan apa kata teman itu juga apa kata kita. Hingga orang tua menasihati saya agar tidak ikut-ikutan dan bisa saja saya menyesal suatu hari nanti. 

Kemudian untuk UKP hmmm menurut saya ini universitas yang paling banyak dipilih teman-teman saya juga jadinya saya mencoba tesnya dan diterima.Pada saat ini datanglah tawaran dari orang tua saya mengenai suatu universitas yang masih tergolong baru.

Setelah melalui malam yang panjang untuk berpikir akhirnya saya memutuskan memilih universitas ciputra karena sedikit teman saya yang memilih kampus ini. Saya ingin mencari suasana baru dan saya tidak begitu ingin merasakan suasana "SMA" pada kampus saya nanti hanya karena banyak teman-teman SMA





Favorite Winner of Earl's World Contest by Wenart Gunadi




 oke, lanjut pertanyaan berikutnya, menurut kamu, apa yg dibutuhkan untuk menjadi ilustrator profesional yg dalam hal ini buku anak? 
Untuk menjadi seorang ilustrator anak professional saya rasa sering-seringlah melihat refrensi, baik itu buku cerita anak, penulis, cara mendongng pada anak-anak, dongeng dan bahkan mempelajari ilmu psikologi anak. 

Untuk cara mendongeng dan psikologi anak, memang tidak kita gunakan secara langsung pada prakteknya, namun ingat, kita disini berkarya untuk anak-anak. Kita harus mengetahui bagaimana kondisi kejiwaan anak-anak dan apa yang ada pada pandangan mereka. 



ooh, berarti menurut Evan, bisa dibilang, kita sebagai ilustrator tetap harus menghayati/ ikut merasakan kesenangan ataupun atensi dari sudut pandang anak-anak ya...


lalu untuk referensi yang kamu maksud, kamu sendiri mendapatkan referensi dari mana dan siapa saja tuh?


Iya kira-kira begitu. Refrensi saya kebanyakan dari buku-buku cerita yang beredar di pasaran, juga dari ilustrasi-ilustrasi yang saya dapatkan melaui internet. 

Perpustakaan kampus saya sangat membantu untuk refrensi non-buku cerita anak. Seperti buku psikologi yg saya sebutkan sebelumnya. Salah satu refrensi favorit saya adalah sebuah buku tentang kisah seluk beluk studio ghibli. Darisana saya belajar banyak sekali.



baik... kalau itu tentang inspirasi visual lalu bagaimana dengan inspirasi cerita?
Saya biasanya memulainya dari hal-hal yg saya sukai. Misalnya saya suka alam dan awan. Maka darisitu saya ingin membuat
storybook yang nuansa pemandangannya harus kuat di dua hal tersebut. Kemudian karena alam berarti identik dengan hutan.

Nah didalam hutan biasanya kalau kita sebagai anak-anak mengimajinasikannya sebagai apa? tempat tinggal para smurf?
dunia peri? atau ada ibu hutan hidup disana?


Biasanya saya mulai brainstorming dari hal-hal yang menjadi interest saya dan salah satunya yang saya sebutkan diatas. Saya sempat menyukai kisah2 legenda yunani atau norse dan dari sana bisa dibuat sebuah dongeng yang mengambil unsur2 budaya
asli mereka namun tidak membuang inti cerita. Misal cerita andromeda dari Yunani.


Andromeda identik dengan pengorbanan dan rantai. Maka seandainya saya membuat sebuah cerita yang based on Andromeda maka dua unsur tersebut harus ada.. namun bila penokohannya dirubah atau diapa2kan terserah kita yang penting tidak membuang
unsur utamanya. Salah satu yang sukses adalah Tangled oleh Disney. Juga banyak kisah2 dongeng "modifikasi" oleh Disney seperti Princess and the frog dan masih banyak lagi.


Tapi diluar semua itu tetap perlu bagi kita untuk melihat-lihat refrensi lain. Baik itu refrensi ilustrasi anak2..penulis anak terkenal yang melegenda dan pasaran buku anak yang beredar saat ini seperti apa. Jadi disana kita bisa melihat melihat celah yang mungkin belum dimasuki oleh penulis lain namun bisa kita masuki.


terakhir, bagaimana pendapat kamu tentang ilustrasi khas Indonesia? apakah itu ada? atau seperti apa sih? pokoknya pandangan kamu mengenai itu deh...
mungkin lebih mengarah ke comic strip yang menyinggung masalah sosi budaya. Salah satu favorit saya adalah Panji Koming.


dari segi ilustrasi dan gaya penceritaannya sangat menarik dan untuk saat ini yang dibutuhkan oleh Bangsa kita adalah komik atau ilustrasi yang seperti ini.


Panji Koming ya... ada lagi kira2?
sukribo dan mice cartoon haha


berarti untuk ilustrasi sendiri?
iya seperti itu


oke... terakhir, ada pesan nggak buat penggiat ilustrasi di indonesia?
salah satu quote yang selalu menguatkanku disaat aku terpuruk "Kamu bertarung untuk duniamu sendiri.. lalu apa yang kamu takutkan?"


Inspiratif... bahwa tidak perlu takut untuk menjadi "sendiri". So... makasih banget yah buat waktu dan share-nya sob evan... senang bisa ngobrol2... : )
haha aku jg makasih  cheers!





Begitulah. Kini waktunya showcase karya-karya sang seniman




Milly & The Ice Cream Factory Artwork



Tidak ada komentar:

Posting Komentar